Khaosan Road Bangkok Agustus 2009. Sekitar jam 11 malam waktu setempat, seluruh barang bawaan sudah masuk kamar hotel. Setelah mandi dan badan terasa segar, agenda berikutnya adalah keluar untuk mencari beberapa kebutuhan. Di samping makan malam ada satu lagi kebutuhan pokok manusia modern yang harus saya penuhi: alat telekomunikasi. Memang saya membawa telepon seluler dari rumah. Roaming internasioanal pun sudah saya aktifkan. Bisa menerima dan mengirim telepon maupun SMS. Tetapi, harga roamingnya sangat mahal. Oleh karena itu saya segera mencari cari kartu perdana (SIM Card) prabayar lokal.
Saya pun berjalan menyusuri keramaian Khao san Road. Kiri kanan depan belakang pemandangan nyaris seragam. Para wisatawan bule berbaur dengan para pedagang kaki lima lokal yang menawarkan aneka makanan minuman dan souvenir. Tidak terlalu jauh berjalan, tampaklah sebuah minimarket yang sudah sangat saya kenal: 7 Eleven. Setahu jaringan convenience store global yang kalau di Indonesia mirip Alfamart atau Indomaret ini juga melayani keperluan telekomunikasi seluler. Melayani penjualan kartu perdana mapun isi ulang alias top up.
Maka, saya pun segera saya masuk ke convenience store ini. Ternyata dugaan saya tepat. Petugas menyebutkan angka 100 Baht alias sekitar Rp 30 ribu untuk sebuah kartu perdana keluaran operator seluler lokal. Saya pun segera mengeluarkan uang termasuk untuk tambahan pulsa secukupnya. Maka…komunikasi pun lancar. Jauh lebih murah dari pada membayar biaya roaming internasional!
♦♦♦♦
Oax Cliff Texas pada suatu hari di tahun 1927. Tote’m, sebuah toko yang dikelolah oleh The Southland Ice Company berdiri. Toko ini berkonsep seperti apa yang di indonesia disebut sebagai toko pracangan atau toko kelontong. Toko kecil di kampung kampung yang menyediakan aneka kebutuhan bagi masyarakat sekitar.
Untuk keperluan ini, jam buka toko haruslah panjang. Memperhatikan kebutuhan masyarakat sekitar pada waktu itu, Tote’m buka mulai jam 7 pagi dan baru tutup pada jam 11 malam. Inilah asal usul nama “7 Eleven” yang secara resmi mulai digunakan 1946 dan bertahan hingga sekarang. Kini lebih dari 30 ribu outlet 7 Eleven melayani masyarakat dunia bukan dari jam 7 pagi hingga 11 malam lagi. Sesuai tuntutan jaman, 7 Eleven buka 24 jam nonstop. Di Khao San Road Bangkok saya menikmati layanan toko yang di Thailand franchiseenya adalah group Charoen ini.
Dari Texas, 7 Eleven nonstop 24 jam melayani dunia. Layanan total aneka kebutuhan masyarakat 24 jam: menjual makanan, minuman, sabun, sampo, jasa telekomunikasi termasuk fax, isi ulang pulsa, dll. Jepang, Taiwan, Thailand, Korea Selaltan, China, Hong Kong, Malaysia, Mexico, Singapura, Australia, Philippines, Norwegia, Swedia dan Denmark dilayani 24 jam oleh perusahaan yang kini berkantor pusat di Jepang itu.
♦♦♦♦
Bagaimana di Indonesia? Tampaknya jenis toko ala 7 Eleven juga makin menjadi kebutuhan masyarakat. Semakin padat sebuah kota, makin banyak saja orang yang tidak tidur hingga larut malam. Atau bahkan karena suatu alasan tidak tidur sepanjang malam. Orang orang ini tentu memiliki kebutuhan tertentu yang harus dilayani. Tidak bisa ditunda keesokan harinya. Maka, Indonesia pun makin membutuhkan convenience store yang buka 24 jam.
Di Caruban, kota kecil tempat saya lahir, ada sebuah toko lokal yang buka 24 jam. Bila sesekali pulang mudik dan malam-malam membutuhkan sesuatu, saya datang ke toko ini. Nuansanya persis 7 eleven di Bangkok, Singapura atau Malaysia. Lampunya terang benderang. Produk yang disediakan pun dipilih khas kebutuhan keseharian dalam 24 jam.
Saya tidak tahu apakah toko yang berada di lingkungan pasar Caruban ini pernah ke 7 Eleven di luar negeri atau tidak. Yang jelas, kebutuhan toko seperti ini memang ada. Setiap ada permintaan, selalu saja akan pebisnis yang menyediakannya. Inilah bisnis.
Bagaimana di kota Anda? Saya yakin Anda sangat mengenal Alfamart dan Indomaret. Kedua jaringan toko ini konsepnya sama dengan 7 Eleven. Melayani kebutuhan masyarakat secara maksimal. Beberapa diantara outletnya juga sudah buka nonstop 24 jam. Ini mungkin yang menjadi penyebab tidak atau belum bukanya 7 Eleven di Indonesia. Ada lebih dari 8000 outlet Alfamart dan Indomaret di negeri ini. Sudah cukup kokoh.
Tidak adakah peluangnya? Nampaknya masih terbuka. Kalaupun 7 Eleven belum gencar membuka outletnya disini, beberapa bulan terakhir ini di dekat rumah saya di Surabaya sudah berdiri 2 outlet Circle K, sebuah jaringan convenience store global pesaing 7 Eleven. Convenience store asal Amerika ini masuk ke pasar Indonesia tentu saja karena melihat masih ada peluang. Bagi Anda pebisnis toko kelontong alias pracangan, sudah saatnya melihat peluang ini. Adu cepat dengan 7 Eleven. Buka toko dari jam 7 pagi hingga 11 malam bahkan kemudian 24 jam. Ayo!
Tulisan ini pernah dimuat di majalah Muslim, terbit di Surabaya
Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi
Baca juga:
Sejarah Korporasi Pisang Chiquita
Sejarah Bata dan Kalibata Batavile Batanagar
Sejarah Raket Yonex
Sejarah Heinekken Hadir di Indonesia
Sejarah Revlon dan Kepailitannya
Sejarah Korporasi
Sejarah Lions Club
Sejarah Hyundai versus Astra
Enam Pilar Kemerdekaan Ekonomi Umat dan Bangsa
Korporatisasi: Asal Muasal
Sejarah Danone Dari Turki Usmani Hadir ke Indonesia
Sejarah Kalsiboard dan Etex Group
Sejarah Embraer si “PTDI” Brazil
Ping-balik: Sudu: Miri Municipal Council | Korporatisasi
Ping-balik: Jembatan Terpanjang Dunia | Korporatisasi
Ping-balik: Jamaah Shalahuddin | Korporatisasi
Ping-balik: Raya Caruban Orchard Road | Korporatisasi
Ping-balik: Korporasi USA di Moscow | Korporatisasi
Ping-balik: Chatsworth Road: Tujuhbelasan | Korporatisasi
Ping-balik: Aleksandrovskiy Sad: Tumbuh Eksponensial | Korporatisasi
Ping-balik: Aleksandrovskiy Sad: Menjaga ROA | Korporatisasi