Artikel ini ditulis di kabin Boeing 747 400 dalam sebuah penerbangan Jakarta-Jedah. Pesawat yang dioperasikan oleh lions air ini mampu mengakut 500-an penumpang sekali jalan. Ada yang menonjol dari para penumpang. Mereka pada umumnya berkelompok dalam rombongan-rombongan. Dari identitas yang tertulis baik pada tas maupun pakaian yang dikenakan, tampak sekali bahwa mereka adalah robongan umroh. Suasana umroh ini semakin terlihat dari busana yang digunakan oleh para pramugari yang tidak seperti pramugari pada umumnya. Mereka mengenakan seragam dengan kerudung. Pramugari berjilbab.
Ya…ibadah umroh telah menjadi sumber omset bagi perusahaan penerbangan. Ibadah ummat islam ini telah menjadi penggerak bisnis penerbangan. Pertanyaannya, bagaimana kemampuan ummat Islam untuk menangkapnya ? Coba kita cermati beberapa peluang itu.
Yang pertama adalah pesawat pengangkut. Boeing 747 adalah pesawat buatan Amerika yang populer untuk penerbagnan jarak jauh ribuan kilometer seperti jakarta Jedah ini. Alternatifnya saat ini adalah Airbus A380 buatan konsorsium Eropa Airbus. Dua perusahaan ini tidak mungkin diklaim sebagai peran ummat islam dalam menangkap peluang bisnis ini.
Kedua adalah perusahaan penerbangan operator pesawat. Boeing 747 yang saya tumpangi kali ini dioperasikan oleh Lion Air. Perusahaan penerbangan dengan perrtumbuhan paling agresif di tanah air ini adalah buah karya Rusdi Kirana. Dari berbagai sumber yang ada, saya juga tidak pernah menemukan tanda tanda bahwa perusahaan berpenumpang terbanyak di tanah air ini adalah karya seorang muslim.
•••••
Sukhoi tiba tiba sangat terkenal di seantero negeri. Penyebabnya adalah jatuhnya pesawat Superjet 100 buatan pabrikan asal Rusia itu di Gunung Salak Bogor. Pesawat dengan kapasitas sekitar 100 penumpang yang didesain untuk unggul di segemennya ini ternyata justru jatuh saat dipamerkan kepada calon konsumen.
Seberapa menarik bisnis pesawat kelas Superjet 100? Pertanyaan ini menjadikan kita melirik sebuah negeri yang mungkin selama ini “hanya” dikenal melalui sepak bola: Brazil! Kata kawan penghobi bola yang duduk di bangku di samping saya, Brazil setara dengan raksasa bola seperti Jerman, Belanda, Spanyol, Itali, Argentina, Belanda dan sekelasnya. Saya sendiri tidak hobi bola sehingga tidak bisa memberi justifikasi untuk penilaian kawan ini.
Nah, ternyata, Brazil bukan hanya unggul di perbolaan. Brazil unggul juga di dunia produksi pesawat dengan Embraernya. Menurut Wikipedia, Embraer adalah produsen produsen pesawat komersial terbesar no 3 di dunia. Yang menempati posisi diatasnya tentu saja adalah raksasa Boeing asal Amerika dan Airbus asal Eropa. Dengan peringkat ini, ternyata Brazil jauh lebih bisa disebut di sektor produksi burung besi berteknologi tinggi ini dari pada di sektor bola.
Keunggulan embraer berada pada segmen yang tidak bertempur head to head dengan Boeing dan Airbus. Embraer unggul pada segmen pesawat berpenumpang sampai sekitar 100 orang seperti Superjet 100 nya Sukhoi. Dan memang Sukhoi masuk segmen pasar ini karena melihat peta persaingan yang masih lebih mudah dikuasai dari pada harus bermain di segmen pesawat lebih besar yang sudah disapu habis oleh Airbus dan Boeing.
Berikut ini adalah catatan prestasi Embraer: Sejak 1996 hingga 2010 menyelesaikan order pesawat komersial sejumlah 4, 32, 60, 96, 160, 161, 131, 101, 148, 141, 130 , 169, 204, 244, 246 unit. Tahun 2011 lalu omset perusahaan yang berdiri sejak 1969 ini adalah USD 5,2 Milyar alias sekitar Rp 50 Trilyun.
Salah satu produk unggulan Embraer adalah E Jet yang sekelas dengan Sukhoi Superjet 100. Pesawat dengan varian tipe E-170, E-175, E-190 dan E-195 ini hingga januari 2012 telah terkirim 802 unit dengan harga sekitar Rp280 Milyar untuk tipe E 170 dan Rp 450 Milyar untuk tipe E 190. Hingga januari 2012 Embraer harus menggenjot kapasitas produksinya untuk menyelesaikan 249 unit pesawat yang sudah dipesan oleh berbagai negara dengan opsi tambahan 695 unit. Luar biasa!
Pembaca yang baik, ingat Brazil dengan Embraernya, saya jadi ingat PT DI. Produsen pesawat asal Bandung ini sebenarnya memiliki potensi yang besar. CN 235 sebagai salah satu produk unggulannya hingga kini telah terjual lebih dari 230 unit. Lebih dari 60 unit diantaranya hingga kini dipakai oleh Turki. Bahkan Amerika dan Perancis pun hingga kini masih mengoperasikan pesawat berkapasitas 40 penumpang ini. Kalau Brazil yang selama ini hanya kita kenal di dunia bola bisa menjadi juara 3 dalam dunia produksi pesawat komersial dengan Ebraer, mestinya kita juga bisa. Agar potensi bisnis ibadah umroh dan haji juga bisa dinikmati juga oleh umat Islam. Semoga!
Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi
Baca juga:
Sejarah Bata dan Kalibata Batavile Batanagar
Sejarah Raket Yonex
Sejarah Heinekken Hadir di Indonesia
Sejarah Revlon dan Kepailitannya
Sejarah Korporasi
Sejarah Lions Club
Sejarah Hyundai versus Astra
Enam Pilar Kemerdekaan Ekonomi Umat dan Bangsa
Korporatisasi: Asal Muasal
Sejarah Danone Dari Turki Usmani Hadir ke Indonesia
Sejarah Kalsiboard dan Etex Group
Tulisan ini dimuat di Majalah Matan, terbit di Surabaya
Ping-balik: Korporatisasi Langkah Demi Langkah | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: Semen Indonesia: Jebloknya Arus Kas Pasca Akuisisi Super Mahal Holcim | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: Esemka & Mimpi Mobnas: Pelajaran Tesla & Hyundai | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: Tradisi BUMDES Sebagai Investing Company | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: Erick Thohir Jadi Raja Utang atau BUMN Insyaf? | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: IPO Trap: Dua Putra Utama Makmur | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: BUMN Berjamaah: Merger, Akuisisi, Korporatisasi, Investment Company | Catatan Iman Supriyono
Ping-balik: Erick Thohir Jadi Raja Utang atau BUMN Insyaf? – SNF Consulting
Ping-balik: IPO Trap: Dua Putra Utama Makmur – SNF Consulting
Ping-balik: Chiquita: Sejarah Korporasi Pisang | Korporatisasi
Ping-balik: Khao San Road: 7 Pagi 11 Malam | Korporatisasi
Ping-balik: Royalti Unilever: Gool Balasan | Korporatisasi
Ping-balik: Roto Rooter: Korporasi Raja Mampet | Korporatisasi
Ping-balik: ThyssenKrupp Cakra Nanggala | Korporatisasi
Ping-balik: Manokwari: Menang Tanpa Bersaing | Korporatisasi
Ping-balik: Jamaah Shalahuddin | Korporatisasi