ThyssenKrupp Cakra Nanggala


Sejarah ThyssenKrupp AG berawal pada tanggal 20 Nopember 1811 ketika Friedrich Carl Krupp mendirikan pabrik baja tuang (cast steel) di Essen, Jerman.  Friedrich mengenal bisnis baja dari sang nenek, Helene Amalie Krupp. Friedrick tinggal bersama sang nenek sepeninggal sang ayah. Helene membeli pabrik baja Sterkrade Works pada tahun 1800. Kematian seorang yang dicintai tentu saja merupakan kesedihan mendalam juga mengandung hikmah tersembunyi. Ditinggal sang ayah memberi kesempatan kepada Friedrich untuk belajar bisnis baja.

Setelah sukses memproduksi baja tuang kualitas tinggi, tahun 1918 Krupp memproduksi tanner’s tools, coining dies dan unfinished rolls. Tahun 1817 Imperial Mint, pabrik pencetakan uang logam di Dusserdolf, mengonfirmasi kualitas cast steel produksi Krupp. Tahun 1818 Krupp mulai memasok coining die kepada kantor pusat Prusiant Mint, percetakan uang logam kerajaan Prusia di Berlin. Prusia adalah kerajaan yang menaungi wilayah yang kini menjadi bagian dari negara-negara Jerman, Polandia, Lithuania, Rusia Denmark, Republik Ceko dan Belgia.

Sepeninggal suaminya, janda Friedrich Krupp melanjutkan bisnis sang suami bersama anaknya yang berumur 14 tahun, Alfred. Di tangan sang istri, proses panjang dilakukan untuk menghasilkan crucible kualitas tinggi. Tahun 1830 Krupp mulai memasok finish machined rolls. Produk ini dijual dengan jaminan kualitas.

Kapal selam Nanggala produksi ThyssenKrupp

Sejak 1833 Krupp memproduksi baja rolling lengkap. Awalnya dalam volume terbatas. Tetapi setelah hambatan bea cukai dicabut oleh asosiasi bea cukai Jerman pada tahun 1834, basis pelanggan meluas. Selain itu, pembelian mesin uap pertama pada tahun 1835 berakibat menurunkan biaya produksi. Keduanya berkontribusi besar dalam meningkatkan penjualan. Pabrik pun diperluas. Secara pemasaran, manajemen mulai melakukan perjalanan ke negara Eropa lainnya menarik pelanggan baru.  

Krupp berupaya untuk mengatasi masalah sosial yang berkembang yang ditimbulkan oleh industrialisasi dengan berbagai fasilitas perusahaan. Sejak tahun 1836 misalnya, perusahaan menyediakan dana untuk fasilitas pengobatan dan pemakaman karyawan. Selanjutnya fasilitas itu diubah menjadi skema asuransi kesehatan dan kematian sejak tahun 1853. Pada tahun 1855 dana pensiun mulai disediakan.  Tahun 1858 sebuah fasilitas toko roti bagi karyawan didirikan. Selanjutnya toko roti ini berkembang menjadi toko ritel. Tahun 1856 sebuah hostel dibangun untuk pekerja yang belum menikah. Tahun 1861 disediakan rumah tinggal untuk mandor. Perumahan pekerja yang menggabungkan sekolah dan toko ritel menyusul disediakan pada tahun 1863. Fasilitas tersebut sejak awal 1870-an tumbuh pesat. Tahun 1870 perusahaan memiliki rumah sakit sendiri.  

Karena besi rol yang diproduksi Krupp praktis tidak pernah rusak, permintaan untuk produk ini  dalam jangka panjang menurun. Namun, perluasan rel kereta api membuka pasar yang sangat luas untuk baja tuang yang tahan lama. Ini memicu lonjakan pertumbuhan perusahaan. Persediaan termasuk poros roda, pegas, dan ban seamless yang dikembangkan sejak tahun 1852 oleh Alfred Krupp – pemegang saham tunggal perusahaan sejak 1848 – mampu menahan tingginya kecepatan kereta  tanpa patah. Pada tahun 1875 Alfred Krupp menggunakan tiga buah ban superimposed sebagai ciri khas yang kemudian menjadi terkenal di seluruh dunia.

Krupp telah bereksperimen dengan pembuatan ingot laras senapan sejak 1847.  Tahun 1850-an memasok pesanan ke berbagai pelanggan. Pesanan 300 laras senapan dari otoritas militer Prusia pada tahun 1859 merupakan terobosan dalam pengembangan segmen produk utama yang kedua. Tak lama kemudian Krupp memulai produksi artileri lengkap.  

Pada tahun 1862 Krupp membangun pabrik baja bessemer pertama di benua Eropa. Langkah ini membuka jalan untuk produksi masal rel dan lembaran baja. Menjadi pintu pembuka ekspansi yang kuat bagi perusahaan.  

 &&&

Masih ingat kapal selam KRI Nanggala 402 yang hilang kotak tanggal 21 April 2021 lalu? RI berduka saat itu. lima puluh tiga awak kapal hilang bersama kapal selam buatan Howaldtswerke Deutsche Werft alias HDW.

Lalu apa hubungannya dengan ThyssenKrupp AG di atas? HDW adalah anak perusahaan ThyssenKrupp. Sebuah perusahaan yang telah hadir ke dunia bisnis sejak tahun 1811. Jika dikaitkan dengan sejarah negeri ini, ThyssenKrupp telah lahir 14 tahun sebelum pecahnya Perang Diponegoro.

Baja adalah bahan utama kapal selam. Keahlian dalam teknologi baja diperoleh sedikit demi sedikit seiring dengan perkembangan perusahaan melalui serangkaian aksi merger dan akuisisi. Proses korporatisasi itulah yang kini menghasilkan perusahaan terbesar ke 1081 dunia dalam hal laba, omzet, aset dan nilai pasar. Produknya memberi manfaat pada berbagai bangsa. KRI Cakra yang dipesan bersama KRI Nanggala adalah kapal selam buatan ThyssenKrupp yang sampai hari ini masih aktif menjaga kedaulatan negeri ini.

Tulisan ke-396 Iman Supriyono di web ini. Artikel ini dimuat di Majalah Matan, terbit di Surabaya, edisi Januari 2023

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Baca juga:

Sejarah Roto Rooter Korporasi Raja Mampet Global
Sejarah Chiquita Korporasi Pisang
Sejarah Bata dan Kalibata Batavile Batanagar
Sejarah Raket Yonex
Sejarah Heinekken Hadir di Indonesia
Sejarah Revlon dan Kepailitannya
Sejarah Korporasi
Sejarah Lions Club
Sejarah Hyundai versus Astra
Enam Pilar Kemerdekaan Ekonomi Umat dan Bangsa
Korporatisasi: Asal Muasal
Sejarah Danone Dari Turki Usmani Hadir ke Indonesia
Sejarah Kalsiboard dan Etex Group
Sejarah Embraer si “PTDI” Brazil

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s