Bunga 10% Murah Atau Mahal?


Ketika mendapatkan sebuah peluang bisnis, yang dilakukan para pelaku bisnis adalah berhitung. Berapa proyeksi pendapatannya, berapa biaya-biayanya, dan terakhir berapa labanya. Namanya proyeksi, akurasinya sangat tergantung kepada keahlian si pelaku bisnis. Makin ahli makin akurat.

Tidak akurat artinya risiko penyimpangan dari proyeksi sangat tinggi. Diproyeksikan pendapatan 100 misalnya, realisasinya hanya 50. Diproyeksikan biaya 60 misalnya, realisasinya ternyata 70. Jika demikian maka yang terjadi adalah kerugian.

Siapa yang mau berbisnis dengan mengakibatkan kerugian? Tentu tidak ada. Maka, keahlian adalah kunci dari keberhasilan. Makin ahli makin akuratlah dalam membuat proyeksi. Makin akurat proyeksi, makin akurat pulalah keputusan untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan peluang bisnis tersebut. Makin berpeluang menghasilkan lab.

&&&

Biaya uang adalah salah satu faktor penting dalam membuat proyeksi. Biasanya dinyatakan dalam persen. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai cost of fund. Bahkan bukan sekedar penting, tapi menjadi dasar seluruh perhitungan peluang bisnis. Untuk sebuah proyek besar, semua proyeksi pendapatan dan biaya yang terjadi pada waktu yang akan datang dikoreksi dengan angka ini.

Misal, proyeksi pendapatan Rp 100 juta yang terjadi pada setahun yang akan datang harus dikoreksi dengan biaya uang. Katakan biaya uang adalah 10%. Maka, pendapatan Rp 100 juta yang beru diterima tahun depan dikoreksi menjadi Rp 90 juta untuk perhitungan yang dilakukan hari ini.

Dengan koreksi ini, biaya modal menjadi sangat krusial dalam perhitungan bisnis. Akurasi yang telah dimiliki oleh seorang pebisnis yang merupakan hasil pemupukan keahlian bertahun-tahun tidak akan ada artinya jika ada masalah dalam biaya modal ini.

Bunga alias margin bank syariah 10% murah atau mahal? Mahal bangettsss!

Apa masalah dalam biaya modal? Nilanya yang terlalu tinggi. Terlalu mahal. Untuk lebih jelas, mari kita melihat biaya modal AMDK Cleo alias PT Sariguna Primatirta Tbk. Data per tanggal 17 Juni 2020 harga sahamnya adalah Rp 442 per lembar. Artinya, jika saat ini Cleo membutuhkan dana untuk berekspansi membangun pabrik, perusahaan ini bisa menerbitkan saham sebagai langkah teknis korporatisasi dengan harga itu. Harga itu adalah 38,12 x laba per lembar saham yang sebesar Rp 11,6.

Artinya, para investor mau membayar Rp 442 untuk mendapatkan hak laba sebesar Rp 11,6. Dengan kata lain, investor mau mengeluarkan uang sebesar harga saham tersebut untuk mendapatkan return on investment (ROI) 2,6% per tahun. Diperolah dari Rp 11,6 dibagi Rp 442.

Dengan angka ROI tersebut, katakan Cleo mendapatkan peluang untuk berekspansi ke sebuah wilayah dan perlu membangun pabrik. Maka, seluruh pendapatan, beban dan laba yang akan diterima pada masa yang akan datang dikoreksi dengan biaya modal 2,62% per tahun. Laba Rp 100 juta tahun depan dikoreksi menjadi Rp 97,4 juta untuk perhitungan saat ini.

Nah, bandingkan misalnya dengan perusahaan AMDK lain merek XYZ misalnya yang mendapatkan uang modalnya dari bank. Jika XYX mendapatkan fasilitas pembiayaan bank dengan bunga atau margin bank syariah 10%, laba  Rp 100 juta tahun depan hanya setara dengan Rp 90 pada saat ini. Artinya, Cleo jauh lebih murah biaya uangnya dari pada XYZ. Maka, dengan peluang yang sama, kemungkinan CLEO untuk mengantongi laba jauh lebih besar dari pada XYZ. Biaya modal CLEO hanya sekitar ¼ biaya modal XYZ.

Belum lagi kalu dibandingkan secara arus kas. XYZ harus mengeluarkan uang untuk angsuran pokok pinjaman bank. Sementara dengan penerbitan saham, CLEO tidak perlu mengembalikan uang pokok investor. Cukup membayar dividen yang jauh lebih kecil dari labanya. Angka terakhir Cleo, investor sudah senang menerima dividen yang hanya 0,57% dari uang yang disetorkannya sebagai saham. Hanya 21% dari laba yang diperoleh perusahaan. Murah sekali.

Jadi bunga bank konvensional atau margin bank syariah 10% mahal atau murah? Mahal sekali. Itulah mengapa perusahaan-perusahaan kita kalah bersaing dengan pemain global. Pertamina misalnya hanya menguasai sekitar 15% ladang minyak. Sisanya dikuasai asing. Pertamina menghitung proyek penambangan minyak seperti XYZ. Pesaing asing menghitungnya seperti Cleo yang melakukan korporatisasi. Perusahaan Anda seperti siapa?

Diskusi lebih lanjut? Gabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI

Baca juga:
Kemustahilan Jokowi: Bunga Bank 3% Tanpa Investment Banking
Wakaf Modern Untuk Keabadian Amal dan Kemerdekaan Ekonomi
Konversi Kotak Infaq ke Kotak Wakaf
Kesalahan Wakaf Saham Dan Perbaikannya
Wakaf Untuk Beasiswa: Fulbright Dari Timur
Wakaf Moncer dengan Puasa Infaq
Wakaf Para Alumni untuk Adik Kelasnya
Wakaf Agar Rp 10 Triliun Tidak Melayang Tiap Tahun
Wakaf Uang
Enam Pilar Kemerdekaan Ekonomi Umat dan Bangsa
Korporatisasi: Asal Muasal

Artikel ke-337 karya Iman Supriyono ini ditulis dan diterbitkan untuk Majalah Matan, terbit di Surabaya, edisi Juli 2021

One response to “Bunga 10% Murah Atau Mahal?

  1. Ping-balik: IPO Bukalapak: Prospektif atau Buang Uang? | Korporatisasi

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s