Bom Waktu PDAM Surabaya


Sebagai konsultan manajemen, salah satu aktivitas keseharian adalah menjadi sparring partner manajemen perusahaan. Akhir bulan lalu dengan direktur utama PDAM Surabaya. Suasananya santai. Di sebuah gerai kopi modern sebuah pusat perbelanjaan di Surabaya Timur, tidak jauh dari tempat tinggal saya.

Sebelum pertemuan, Dirut PDAM mengirim laporan keuangan tahun 2021. Lalu pada saat diskusi, disampaikan juga data tentang aset utama PDAM dalam melayani masyarakat yaitu jaringan perpipaan. Data itu kemudian didiskusikan lumayan serius. Berikut ini saya tuliskan poin-poin diskusi malam itu.

  1. Untuk tidak mengalami penurunan kualitas layanan, sebuah perusahaan yang layanannya berbasis aset seperti PDAM harus melakukan peremajaan aset secara terus menerus sesuai dengan umur ekonomis aset yang dimilikinya. Layanan PDAM adalah berupa air minum yang mengalir melalui jaringan perpipaan
  2. Laju peremajaan minimal sama dengan laju depresiasi secara nilai riil, bukan nilai finansial. Mengapa? Karena nilai finansial mengalami inflasi.
  3. Sebagai contoh, sebuah perusahaan, sebut saja PT ABC, yang memiliki nilai aset Rp 150 dan usia ekonomis aset 15 tahun. Nilai depresiasi adalah 150/15 yaitu Rp 10 per tahun. Misalkan aset dibangun ada tahun 2020. Dengan depresiasi itu, pada tahun 2021 nilai aset akan menjadi Rp 140. Karena nilai Rp 10 sebagai depresiasi telah dimasukkan sebagai beban dan beban tersebut tidak dibayar secara tunai maka pada tahun 2021 (jika variabel lain dianggap tidak berbeda) akan ada penambahan kas Rp 10 dari depresiasi
  4. Jika tahun tiap tahun kas senilai depresiasi disisihkan yaitu Rp 10, pada tahun ke 15 yaitu tahun 2035 akan ada kas dari hasil depresiasi sebesar  Rp 150. Persis seperti nilai aset tahun 2020 saat aset itu dibeli.  Namun demikian pada saat itu perusahaan tidak bisa membangun aset serupa untuk menggantikan aset yang telah habis usia ekonominya. Kenapa? Karena ada faktor inflasi. Harga aset tidak lagi Rp 150
  5. Dengan koreksi inflasi diasumsikan 5%, harga aset Rp 150 pada tahun ke 15 akan menjadi Rp 297. Dengan hitungan garis lurus, tiap tahun perusahaan harus menyisihkan kas Rp 297/15 yaitu Rp 19,8. Dengan demikian harus ada kenaikan posisi kas tahunan sebesar Rp 19,8 dengan rincian Rp 10 sebagai penyeimbang depresiasi dan sisanya Rp 9,8 murni laba ditahan yang merupakan penyeimbang inflasi
  6. Jika tiap tahun PT ABC menyisihkan kas Rp 19,8 maka tiap tahun nilai kas akan naik sebesar itu dan pada tahun ke 15 akan ada kas Rp 297 siap untuk membangun aset baru sebagai pengganti aset lama yang telah habis masa ekonomisnya
  7. Bagaimana untuk kasus PDAM? Aset utama untuk pelayanan pelanggan PDAM ada dua jenis yaitu sarana produksi dan pipa distribusi
  8. Per 31 September 2022 aset distribusi tercatat berupa pipa sepanjang 6 180 km. Pipa sepanjang itu dikelompokkan menjadi 4 kelompok usia aset. Aset dengan usia 50 tahun sepanjang 380 km. Usia 30-50 tahun 2020 km. Aset usia 17-29 tahun 2 399 km. Aset usia dibawah 17 tahun sepanjang 1381 km.
  9. Posisi neraca PDAM akhir 2021 menyebut nilai aset tetap Rp 2,40 triliun. Diskusi dengan dirut PDAM menyebut andaikan saat ini dibangun instalasi produksi air yang sama sekali baru dengan kapasitas persis fasilitas yang ada saat ini,  dibutuhkan dana sekitar Rp 2 triliun. Andai juga seluruh jaringan pipa diganti baru dibutuhkan dana sekitar Rp 1 miliar per kilometer sehingga untuk  6 180 km dibutuhkan Rp 6,18 triliun. Dengan demikian, total nilai aset baru adalah Rp 8,18 triliun.
  10. Jika diasumsikan usia ekonomis rata-rata aset adalah 20 tahun maka agar nanti 20 tahun yang akan datang bisa membangun lagi aset yang sama maka nilai depresiasi tahunan adalah Rp 409 miliar.
  11. Pada laporan laba rugi PDAM tahun 2020, biaya depresiasi amortisasi adalah Rp 100 miliar. Pada tahun yang sama aliran kas untuk investasi adalah Rp 85 miliar. Menarik sekali. Depresiasi amortisasi PDAM masih jauh dibawah nilai yang semestinya yaitu Rp 409 miliar. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya aset yang sudah tidak didepresiasikan karena masa depresiasinya sudah habis. Sudah begitu kas untuk investasinya lebih rendah dari laju depresiasi
  12. Laba tahun 2021 adalah Rp 206 miliar. Laba ini muncul karena biaya depresiasi amortisasinya di bawah nilai yang semestinya dibutuhkan untuk mempertahankan kualitas aset. Jika depresiasi disesuaikan menjadi Rp 409 miliar maka PDAM akan rugi Rp 103 miliar.
  13. Laporan arus kas menunjukkan bahwa tahun 2021 PDAM membagi dividen sebesar Rp 257 miliar. Tahun sebelumnya juga bagi dividen Rp 255 miliar.
  14. Berdasarkan biaya depresiasi, kas untuk investasi, laba dan dividen PDAM, bisa ditarik paling tidak tiga kesimpulan. Kesimpulan pertama, jika kebijakan depresiasi, arus kas untuk investasi dan dividen dilanjutkan, maka dari waktu ke waktu usia peralatan akan menua dan kualitas air juga menurun secara konsisten. Nanti ada masanya alat-alat itu akan habis masa ekonominya dan PDAM tidak bisa memasok kebutuhan air kepada konsumen. PDAM sedang menyimpan bom waktu. Suatu saat pasti meledak. Saat meledak itu segalanya akan kacau dan tentu saja pemerintah akhirnya akan melakukan penanggulangan dengan dana yang besar.
  15. Kesimpulan kedua, adanya dividen yang besar menunjukkan bahwa paradigma PDAM selama ini adalah institusi profit. Ini mestinya salah dan harus dikoreksi. PDAM mestinya dipandang sebagai institusi yang menjadi sarana bagi warga Surabaya untuk memenuhi kebutuhan air minum. Jika paradigmanya seperti ini, maka masyarakat melalui perwakilan yang memutuskan, kualitas air seperti apa yang dikehendaki.
  16. Jika masyarakat ingin kualitas air siap minum langsung dari kran yang  mengalir 24 jam ke setiap rumah seperti di kota-kota modern negara maju, maka dibutuhkan depresiasi yang kemudian menjadi aliran arus kas untuk investasi sebesar sekitar Rp 409 miliar per tahun. Agar PDAM impas (tidak rugi dan juga tidak laba) maka masyarakat harus meningkatkan uang yang dibayarkan kepada PDAM (menjadi tambahan omzet bagi PDAM) sebesar Rp 103 miliar per tahun. Caranya adalah dengan peningkatan tarif.
  17. Angka tambahan omzet Rp 103 miliar itu dihitung dengan kondisi uang saat ini. Tahun-tahun selanjutnya mesti disesuaikan dengan laju inflasi.
  18. Itu rutinitas tahunan. Masih ada lagi kebutuhan di awal yaitu dana untuk memperbaharui seluruh aset baik aset produksi maupun distribusi yang sudah berusia diatas 20 tahun. Sesuai data pipa di atas, untuk pipa jaringan dibutuhkan 2400 km alias Rp 2,4 triliun. Untuk fasilitas produksi asumsikan separuh dari nilai  baru Rp 1 triliun. Total 3,4 triliun.
  19. Dari mana uang Rp 3,4 triliun? Jika masyarakat surabaya melalui perwakilan memang mau menerima air minum mengalir 24 jam ke setiap rumah sehingga semua rumah tidak perlu menyediakan tandon atas, tandon bawah dan pompa, maka DPRD lah yang harus memutuskan uang itu diperoleh dari mana. Bisa dengan penerbitan obligasi yang kemudian dibayar dengan dana dari PDAM hasil peningkatan tarif sesuai standar air yang dikehendaki masyarakat. Dengan demikian peningkatan tarifnya tidak bisa hanya senilai peningkatan pendapatan Rp 109 miliar per tahun sebagaimana hitungan di atas. Mesti lebih tinggi
  20. Lebih tinggi seberapa? Misalkan saja PDAM menerbitkan obligasi senilai Rp 3,4 triliun dengan bunga 7% per tahun maka dibutuhkan pembayaran bunga Rp 238 miliar. Untuk pokoknya dibutuhkan tabungan pelunasan pokok Rp 340 miliar per tahun. Jadi total dalam dibutuhkan Rp 578 per tahun. Ditambah dengan angka Rp 109 miliar di atas maka dibutuhkan kenaikan omzet PDAM sebesar Rp 687 miliar per tahun. Mengacu omzet tahun 2021 Rp 843 miliar maka total omzet menjadi Rp 1,53 triliun plus koreksi inflasi untuk tahun-tahun yang akan datang. Omzet ini akan mengakibatkan PDAM mampu menyediakan air siap minum langsung dari kran yang mengalir 24 jam ke semua rumah di Surabaya. PDAM tidak ada laba, tidak ada rugi, dan tidak membagikan dividen.
  21. Kesimpulan ketiga, jika masyarakat menginginkan kualitas air seperti saat ini, tanpa ada perbaikan tapi juga tidak makin menurun, maka dibutuhkan peningkatan tarif yang akan membuat pendapatan PDAM naik sebesar Rp 109 miliar dan PDAM bisa mengalokasikan arus kas untuk investasi sebesar Rp 409 miliar untuk peremajaan fasilitas produksi dan pipa tanpa mengakibatkan PDAM rugi. Tapi juga tidak laba. Jadi tidak ada lagi dividen kepada pemegang saham

Itulah tiga kesimpulan. Kini, PDAM dan seluruh pemangku kepentingan harus mengambil keputusan. Membiarkan bom waktu itu berjalan dan suatu saat akan meledak? Atau perbaikan agar PDAM mampu menyediakan air siap diminum langsung dari kran seperti kota kota modern di negara maju? Atau sekedar mempertahankan kualitas air seperti sekarang yang hanya mengalir pada malam hari dan tidak bisa diminum? Monggo para pemangku kepentingan memutuskan.

Artikel ke-389 karya Iman Supriyono ini ditulis Jogjakarta pada tanggal 4 November 2022

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Atau ikut KELAS KORPORATISASI

Baca juga:
Giant Tutup: Menemukan kembali RPD
Korporatisasi perusahaan keluarga
Korporatisasi menghindari pseudo CEO
Waskita Beton digugat pailit: anak sakit induk sakit
Harapan BSI, nyata atau fatamorgana
BUMN berjamaah merger akuisisi
Wika gali lobang tutup lobang
SWF antara harapan dan belenggu
Corporate life cycle
Enam Pilar Kemerdekaan Ekonomi Umat dan Bangsa
Korporatisasi: Asal Muasal

One response to “Bom Waktu PDAM Surabaya

  1. Perlu di defiisikan di awal status PDAM apakah sebagai Perusahaan Daerah Profit Orientasi atau Perusahaan Daerah yang memegang mandat menyediakan infrastruktur air minum bersih. Harga keekonomian dari HPP perlu juga di diskusikan dengan sebuah lembaga independen (tim ahli ekonomi perwakilan). agar justifikasinya terkait perbaikan harga pokok penjualan dari produk air bersih pdam menjadi lebih objective.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s