Sejarah Grameen Bank berawal 1976 ketika Prof. Muhammad Yunus meluncurkan proyek penelitian tindakan yang mengkaji kemungkinan merancang sistem pembiayaan kalangan miskin pedesaan. Proyek kepala Program Ekonomi Pedesaan di Universitas Chittagong, Banglades itu dinamai Bank Grameen. Grameen dalam bahasa Bangla artinya adalah pedesaan atau desa.
Sebagai proyek penelitian, Grameen Bank beroperasi dengan tujuan-tujuan sosial. Web resmi Grameen menyebut memperluas fasilitas perbankan untuk pria dan wanita miskin sebagai tujuan pertamanya. Menghilangkan eksploitasi orang miskin oleh rentenir sebagai tujuan kedua. Menciptakan peluang untuk wirausaha bagi banyak bagi pengangguran di pedesaan sebagai tujuan ketiga. Keempat adalah membawa mereka yang kurang beruntung, kebanyakan perempuan dari rumah tangga termiskin, dalam program organisasi yang dapat mereka pahami dan kelola sendiri. Tujuan terakhir adalah membalikkan lingkaran setan kuno “penghasilan rendah, tabungan rendah & investasi rendah”, menjadi lingkaran kebajikan “penghasilan rendah, injeksi kredit, investasi, lebih banyak pendapatan, lebih banyak tabungan, lebih banyak investasi, lebih banyak pendapatan”.
Program tersebut menunjukkan kekuatannya di Jobra dan beberapa desa sekitarnya sepanjang tahun 1976-1979. Jobra adalah sebuah desa di dekat kampus Universitas Chittagong. Dengan dukungan dari bank sentral negara dan bank komersial nasional, proyek diperluas ke distrik Tangail pada tahun 1979. Tangail adalah sebuah distrik di utara Dhaka, ibu kota Bangladesh. Dengan keberhasilan di Tangail, proyek tersebut merambah ke beberapa kabupaten lain di Banglades. Oktober 1983, Proyek Grameen Bank diubah menjadi bank independen oleh undang-undang pemerintah.
Saat ini Grameen Bank dimiliki oleh kaum miskin pedesaan yang dilayaninya. Peminjam Bank memiliki 90% sahamnya, sedangkan 10% sisanya dimiliki oleh pemerintah. Laporan keuangan terbaru Grameen menunjukkan kinerja yang luar biasa. Posisi aset per 31 Desember 2021 adalah BDT 295 miliar alias IDR 41,7 triliun. Ekuitasnya adalah BDT 24,9 miliar alias IDR 3,5 triliun. Dengan demikian sebagai bank angka rasio kecukupan modalnya adalah sekitar 14%. Masih memenuhi syarat jika dipandang dari regulasi perbankan di Indonesia.
Dengan aset tersebut Grameen berhasil mengantongi pendapatan BDT 36,9 miliar alias IDR 5,2 triliun. Membayarkan bunga kepada penabung dan deposan sebesar BDT 17,8 miliar alias IDR 2,5 triliun. Memberikan gaji dan tunjangan kepada lebih dari 21 ribu orang karyawan dan direksi sebesar BDT 12,5 miliar alias IDR 1,7 triliun. Dengan demikian gaji rata-rata tahunan Rp 80 juta per karyawan. Mencatatkan laba bersih sebesar BDT 493 juta alias IDR 70 miliar. Laba ini menurun jauh dari tahun sebelumnya yang BDT 2,9 miliar alias IDR 409 miliar. Penurunan kinerja tahun 2021 bisa jadi merupakan dampak dari pandemi.
Laporan arus kasnya menyebut dividen sebesar BDT 288 juta alias IDR 40,7 miliar kepada pemegang saham yang antara lain terdiri lebih dari dari 9,5 juta orang nasabahnya yang. Menerima dana dari penerbitan saham baru sebesar BDT 8 juta alias IDR 1,1 miliar. Ini menunjukkan bahwa Grameen tumbuh dengan proses yang disebut sebagai korporatisasi. Terus-menerus menerbitkan saham baru. Lebih dari 96% pemegang sahamnya adalah perempuan. Sebuah proses yang biasa dijalani oleh perusahaan berbadan hukum Perseroan Terbatas yang ingin membesar. Apalagi bank adalah perusahaan yang bersifat equity driven. Mustahil tumbuh pesat kecuali terus-menerus mendapat suntikan modal dari para investor yang membeli saham yang terus-menerus diterbitkan.
&&&
UMM Dome awal Ramadhan 1444 Hijriah. Di acara Kajian Ramadhan PWM Jawa timur itu saya bertandang ke stan Lazismu. Ada anjungan Bank Ziska. Informasi dari direkturnya menyebut bahwa Bankziska adalah singkatan dari bantuan keuangan berbasis zakat infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya. Buku company profilenya menunjukkan bahwa Bankziska bekerja seperti apa yang dikerjakan oleh proyek riset tindakan Profesor Muhammad Yunus di Bangladesh sebagaimana tulisan di atas. Program yang mulai berjalan bulan September 2020 di Ponorogo itu itu hingga Februari 2023 telah melakukan 1729 kali pembiayaan dengan nilai IDR 1 miliar lebih. Direkturnya menyebut bahwa dengan konsep pembiayaan tanggung renteng Bankziska dapat menjaga tingkat pembiayaan bermasalah (non permforming finance, NPF dalam istilah perbankan syariah) nol persen. Kinerja awal yang luar biasa untuk sebuah program pengentasan kemiskinan dan jeratan rentenir dengan skema qord al hasan alias pinjaman tanpa bunga.
Bagaimana selanjutnya? Karena telah diawali dengan konsep seperti Grameen Bank, maka langkah selanjutnya juga tinggal copy & paste. Termasuk format legal dengan badan hukum PT yang sahamnya sebesar 90% dimiliki oleh para nasabah yang semuanya berasal dari kalangan yang butuh bantuan ekonomi. Saham pemerintah di Grameen bisa diganti dengan saham persyarikatan di Bankziska. Jumlah pemegang saham yang terus tumbuh seiring dengan tumbuhnya nasabah bisa diwadahi dengan menjadi non listed public company dalam regulasi di negeri ini. Harapannya, kelak Bankziska akan sekuat Grameen Bank. Bisa!
Tulisan ke-405 Iman Supriyono ini ditulis untuk dan dimuat di Majalah Matan, edisi Mei 2023, terbit di Surabaya
Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi
Baca juga:
Sejarah Bata dan Kalibata Batavile Batanagar
Sejarah Raket Yonex
Sejarah Heinekken Hadir di Indonesia
Sejarah Revlon dan Kepailitannya
Sejarah Korporasi
Sejarah Lions Club
Sejarah Hyundai versus Astra
Enam Pilar Kemerdekaan Ekonomi Umat dan Bangsa
Korporatisasi: Asal Muasal
Sejarah Danone Dari Turki Usmani Hadir ke Indonesia
Sejarah Kalsiboard dan Etex Group
Sejarah Embraer si “PTDI” Brazil
Ping-balik: AACo dan Sapi Kurban | Korporatisasi