Entrepreneur: Memulai, Visi Besar & Perceraian


Yang paling menyedihkan adalah dicurhati kawan entrepreneur yang keluarganya terancam perceraian. Itulah yang terjadi pada suatu malam belum lama ini. Seorang kawan entrepreneur datang dan menceritakan masalah besar di keluarganya. Sudah tidak serumah dengan istri dan terancam perceraian. Saya mendengarkan dan mencoba untuk menguatkannya. Tulisan ini adalah garis besar hal-hal yang saya sampaikan kepada kawan ini. Saya menuliskannya dalam bentuk poin-poin. Tentu saja pembahasannya adalah dari kacamata entrepreneurship dan bisnis. Saya tidak sedang berubah profesi menjadi konsultan pernikahan hehehehe.

  1. Secara ekonomi, orang dapat dibagi menjadi dua kelompok, bervisi besar dan tidak bervisi besar. Contoh orang yang tidak bervisi besar adalah seorang pedagang kecil di pasar tradisional yang sehari-hari hanya menjalani aktivitas seperti pedagang daun jati ini
  2. Tidak hanya dari kalangan entrepreneur, tidak bervisi besar juga bisa berasal dari kalangan pegawai. Contohnya adalah orang yang berprofesi sebagai tukang kebun di sebuah sekolah SD. Ia merasa mapan dengan pekerjaanya. Gaya hidupnya disesuaikan dengan gajinya. Bahagia dengan apa yang dilakukannya hingga usia pensiun. Bahkan hingga akhir hayat
  3. Contoh orang yang bervisi besar adalah kawan saya yang datang malam itu. Berpendidikan luar negeri, aktif di berbagai kegiatan pemuda, dan bermimpi untuk membuat sebuah perusahaan besar. Orang seperti ini tidak akan mau bekerja menjadi tukang kebun atau pedagang daun jati seperti narasi di atas
  4. Untuk jenis orang bervisi besar, saya mengelompokkannya menjadi dua. Kelompok pertama adalah orang yang bervisi besar tetapi tidak bisa menyelesaikan kebutuhan jangka pendeknya. Kelompok kedua adalah yang bisa tetap menjaga visi besar sekaligus menyelesaikan kebutuhan jangka pendek
  5. Kebutuhan jangka pendek adalah kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, rumah, uang sekolah anak-anak dan sejenisnya. Kebutuhan ini harus dipenuhi dari hari kehari sejak sebuah keluarga terbentuk. Tidak bisa ditunda. Anak yang telah lulus TK tidak bisa ditunda masuk SD menunggu tercapainya visi besar orang tuanya
  6. Orang bervisi besar yang tidak bisa menyelesaikan kebutuhan jangka pendek berpeluang besar menghadapi masalah keluarga seperti yang dikeluhkan kawan saya di atas. Jika si istri tidak tahan, perceraian bukan mustahil terjadi. Dan ini sudah terjadi pada banyak orang. Termasuk kawan-kawan dekat saya sendiri
    Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah big-vision.jpg
  7. Pertanyaannya, bagaimana menyelaraskan visi besar dengan kebutuhan jangka pendek sehari hari? Berikut ini adalah tips praktisnya
  8. Pertama, pastikan bahwa Anda memang memiliki visi besar. Secara teknis, visi besar dalam dunia bisnis artinya adalah mebangun perusahaan besar yang produknya dibutuhkan masyarakat lintas bangsa dari generasi ke generasi.  Membangun korporasi sejati. Secara teknis langkah-langkahnya bisa dibaca disini. Pastikan langkah tersebut selalu dilakukan secara konsisten tanpa henti
  9. Kedua, penyelesaian kebutuhan jangka pendek harus menggunakan waktu dan sumber daya sekecil dan seefisien mungkin. Saat memulai sebuah bisnis, kerjakan apa saja yang penting halal dan tidak melanggar aturan. Bahkan Anda harus menghalalkan segala cara yang halal.  Gaya hidup harus dipertahankan dalam kesederhanaan. Makin sederhana makin bagus. Jika berbisnis makanan misalnya, baju yang dipakai cukuplah hadiah dari pabrik kecap, sambal, saus, vetsin dan pasokan lain.  Hampir tidak pernah membeli baju baru
  10. Cara mencari uang untuk kebutuhan jangka pendek juga tidak boleh membutuhkan waktu dan energi besar. Pengalaman pribadi saya saat SNF Consulting yang merupakan visi besar belum menghasilkan uang adalah mencari uang dengan menjalani pekerjaan apa saja yang ada di depan mata asalkan halal dan menghasilkan uang. Apalagi saya menikah sejak mahasiswa sehingga sudah akrab dengan pekerjaan-pekerjaan sekenanya. Beberapa pekerjaan berikut pernah saya jalani: menjadi guru les privat matematika fisika kimia untuk siswa SMP dan SMA, berdagang makanan tradisional brem dari madiun, berdagang tikar, menjadi tukang ledeng, menjadi tukang cat, dan sebagainya. Buang jauh-jauh gengsi.
  11. Ketiga, pekerjaan jangka pendek tidak boleh melekat sebagai personal branding. Personal branding harus dilekatkan pada visi besar. Itulah kenapa sampai saat ini, jika tidak saya tulis, Anda tidak akan tahu bahwa saya pernah bekerja membersihkan tandon air di rumah seorang notaris terkenal di Surabaya era 2000-an. Notaris itu adalah kawan ayah “rich dad” saya yaitu alm. Notaris Abdul Rachim. Bahasa mudahnya: jangan rame-rame yang penting mendapatkan uang halal.
  12. Keempat, pada saat visi besar sudah menghasilkan uang yang bisa menyelesaikan kebutuhan jangka pendek, tinggalkan pekerjaan jangka pendek dan fokus pada visi besar. Saat itu Anda harus all out mencurahkan sepenuh energi untuk membesarkan perusahaan dengan langkah seperti link di atas
  13. Untuk menjalankan poin-poin diata Anda butuh jiwa ilmiah. Jiwa ilmiah intinya adalah belajar sampai tidak ada keraguan untuk setiap apapun yang akan dilakukannya. Menjadi entrepreneur pun harus belajar. Belajar sampai laa roiba fiihi. Sampai tidak ada keraguan. Selanjutnya menjalankan apa-apa yang telah dipelajari secara konsisten. Jangan sampai berjiwa jahiliah.

Itulah pokok-pokok penyelarasan visi besar dan kebutuhan sehari. Setelah saya jelaskan dalam hampir 5 jam diskusi, si kawan itu langsung menjalankannya. Sekitar seminggu kemudian saya kontak dan sudah ada perkembangan yang bagus. Sudah menjalankan pekerjaan sederhana untuk mendapatkan uang sekedar makan. Dan sudah berdamai dengan istrinya. Semoga terhindar dari perceraian. Semoga selanjutnya menjadi keluarga kokoh dengan anak-anak salih salihah yang sukses dunia akhirat dan tercapai visi besarnya. Aamin.

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Atau ikut KELAS KORPORATISASI

Baca juga:

Corporate Life Cycle
Modal Alfamart Mengejar Indomaret

Modal Murah Mitra Keluarga Menyalip Siloam
Pedal Gas Revenue and Profit Driver
RPD Sebagai Faktor Kali
RPD Sebagai Peredam Risiko Investasi Wakaf
Giant Tutup: Sulitnya Menemukan Kembali RPD
Deep Dive Sang CEO Mengamankan RPD
RPD Sebagai Salah Satu Tahap Corporate Life Cycle

**)ditulis di SNF House of Management pada tanggal  24 Juli 2019 oleh Iman Supriyono, konsultan senior dan direktur SNF Consutling http://www.snfconsulting.com

7 responses to “Entrepreneur: Memulai, Visi Besar & Perceraian

  1. Dasuki Suprihanto

    Assalamualaikum. Putranya yang no. 3 sekarang kuliah dimana Cak Im ? Tempo hari sudah agak lama saya pernah ketemu di Polda DKI Jaya urus SIM internasional.

    Wassalamualaikum.
    Suprihanto, Ngawi

  2. Luar biasa emang pak tulisan jenengan selalu pas Ama saya. Sy juga lg ngerjain jangka pendek nih, visi besar baru cb mulai melangkah. Sambil nyari jodoh hhe..

  3. Ping-balik: ROE & ROI: Bayi Melawan Raksasa | Catatan Iman Supriyono

  4. Ping-balik: ROE & ROI: Bayi Melawan Raksasa – SNF Consulting

  5. Ping-balik: Berbisnis Sejak Mahasiswa: Kardus Kardus Besar | Korporatisasi

  6. Ping-balik: Daun Jati: Puluhan Tahun Kerja Keras | Korporatisasi

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s