Menarik untuk membandingkan dua perusahaan ini. Keduanya adalah perusahaan milik pemerintah. Keduanya bergerak di bidang minyak dan gas. Pertamina lahir tanggal 10 Desember 1957. Tanggal itu diperingati sebagai hari jadi Pertamina hingga kini. Petronas laihr 17 Agustus 1974. Pertamina 17 tahun lebih senior dari pada Petronas. Pertamina si senior. Petronas si yunior. Mari kita bandingkan dari dua sudut pandang.
Sudut pandang pertama adalah sisi administratif. Hingga kini Pertamina belum mempublikasikan laporan keuangannya tahun 2021. Sebaliknya, Petronas bahkan sudah mempublikasikan laporan keuangan kuartal pertama 2022. Ini adalah masalah tugas administratif direksi dan komisaris. Mungkin Anda menganggap sepele. Tapi ini mengandung sesuatu yang krusial
Mengapa krusial? Seharusnya dengan perkembangan sistem informasi seperti sekarang ini, tidak ada kesulitan bagi perusahaan mana pun untuk bisa membukukan transaksi harian pada hari itu yang sama. Tentu saja dengan menggunakan jam cut off harian. Misal, dengan cut off harian jam 14.00, semua transaksi yang terjadi sejak jam 14.00.01 hari sebelumnya sampai jam 14.00 hari ini dibukukan secara akuntansi hingga tuntas. Tanda tuntasnya adalah semua akun kas dan bank pada sistem akuntansi sama dengan kondisi riil kas dan bank pada jam 14.00. Karyawan akuntansi tidak boleh meninggalkan kantor sebelum tugas hariannya tuntas.
Jika ini dilakukan, transaksi sepanjang tahun 2021 suah tuntas terbukukan pada tanggal 31 desember 2021 jam 14.00. Kalaupun ada yang kurang tidak akan signifikan dan akan bisa segera terselesaikan beberapa hari kemudian. Dengan demikian tidak butuh waktu lama laporan keuangan 2021 akan tuntas.
Adapun hingga saat ini Pertamina belum mempublikasikan laporan keuangan 2021 artinya direksi dan komisaris tidak mengerjakan tugas administratifnya dengan baik. Ini seperti pengendara mobil di jalan yang tidak bisa menunjukkan SIM dan STNK kepada polisi lalu lintas saat ada pemeriksaan. Bisa saja si pengemudi tidak melakukan pelanggaran semisal menerobos lampu merah misalnya. Tapi tidak bisa menunjukkan sim dan STNK sudah merupakan kesalahan administratif yang cukup bagi polantas untuk melakukan tilang.
Perusahaan yang tidak melakukan pembukuan transaksi pada hari yang sama memiliki risiko fraud yang besar. Kecurangan finansial tidak bisa diketahui pada hari yang sama. Jika pembukuan transaksi terlambat sebulan misalnya, fraud baru bisa diketahui sebulan pula. Jika keterlambatannya satu semester, fraud juga baru bisa diketahui satu semester sejak dilakukan. Pada poin inilah Pertamina sangat berisiko. Direksi tidak menjalankan tugas administratifnya dengan baik. Komisaris tidak menjalankan tugas pengawasan administratifnya dengan baik.

Sudut pandang kedua adalah sisi stratejik. Ini adalah masalah eksistensi perusahaan. Ukurannya adalah pertumbuhan aset, omzet, laba dan nilai pasar (market value, market cap). Nilai pasar sering disebut secara salah kaprah sebagai valuasi. Mestinya value sebagai penyebutan singkat dari market value. Valuasi alias valuation adalah proses memperkirakan market value dengan metode tertentu.
Tahun 2021 Petronas membukukan pendapatan (omzet) Rp 816 triliun (kurs hari ini), laba Rp 160 triliun, aset Rp 2091 triliun. Nilai pasar belum ada karena perusahaan belum tercatat di lantai bursa. Pertamina 2021 belum ada angka. Termasuk angka nilai pasar karena Pertamina juga belum tercatat di lantai bursa.
Silakan Anda mengambil kesimpulan sendiri. Ibarat perlombaan lari, siapa pemenangnya? Si senior atau si yunior? Atau WO?
Artikel ke-368 karya Iman Supriyono ini ditulis di SNF Consulting House of Management, Surabaya, 8 Juni 2022
Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram atau Grup WA KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi
Baca juga:
Rugi PLN dan Pertamina Rumor atau Fakta?
Pertamina Campakkan Rupiah, Dimana Nasionalisme?
Menjadi Korporasi Sejati
Garuda, pailit atau korporatisasi?
Krakatau Steel: Tercekik Utang
Raja Utang: Mengapa Bunga Bank Selangit?
Garuda: Utang Melebihi Aset
