Sodexo: Catering Olympiade Bisa!


“Saat awal awal merantau meninggalkan Madiun, saya sering terheran heran. Kok ada orang makan pagi bukan nasi pecel”. Inilah kalimat yang muncul dari seorang kawan asal Madiun saat berrdialog melalui layar komputer berinternet. Kalimat yang menggambarkan betapa pecel telah menjadi menu wajib bagi orang madiun.

“mengkonsumsi makanan tertentu secara terus menerus setiap hari adalah tidak bagi kesehatan. Kecuali pecel”. Ini adalah ungkapan lain dari orang Madiun yang begitu gandrung dengan menu makanan yang terdiri sayuran lengkap (bayam, kecambah, kacang panjang, lamptoro, ketimun, kembang turi, daun ketela, kangkung) disiram dengan bumbu yang terbuat dari kacang tanah, cabe dan beberapa komponen lainnya. Tentu lengkap dengan peyek. Orang Madiun bisa dikatakan tidak pernah makan pagi selain pecel.

Kemudian muncul pertanyaan. Apakah tidak rumit pagi-pagi menyediakan sayuran yang beraneka macam ini? belum lagi membuat sambal pecelnya, peyeknya, dan sebagainya. Memang rumit. Tetapi orang Madiun punya cara sangat praktis untuk mengatasinya. Mereka cukup melakukan “outsourcing” kepada warung warung pecel yang tersebar dimana mana. Beli beberapa bungkus sesuai dengan jumlah anggota keluarga yang membutuhkan makan pagi. Harganya pun murah. Samapai sekarang masih banyak warung yang menjual pecel dengan harga Rp 2000 perbungkus dengan porsi kecil cocok untukk makan pagi.

♦♦♦♦♦
Keluarga Encik Salleh adalah tipologi keluarga Singapura pada umumnya. Bapak dua putri ini bekerja sebagai seorang supir Taksi. Satu putrinya sedang menempuh studi di Universiti Islam Antarbangsa Kuala Lumpur. Satu lagi sudah bekerja di Singapura dan masih tinggal bersamanya. Istrinya bekerja sosial sebagai guru mengaji bagi anak anak dan remaja muslim di Singapura.

Sebagimana layaknya keluarga, kebutuhan makan adalah sesuatu yang harus dipenuhi. Dengan jumlah keluarga yang hanya tiga orang dengan aktivitas padat, memasak sendiri adalah sesuatu yang tidak efisien. Tidak praktis. Maka, jauh lebih praktis dan lebih murah membeli di warung atau restoran. Apalagi untuk kebutuhan makan siang. Di saat kerja, tidak mungkin pulang ke rumah hanya untuk keperluan makan. Maka, sebagaimana juga warga Singapura lain pada umumnya, pada jam makan mereka akan memenuhi kedai kedai makanan yang tersebar di berbagai tempat. Pada umunya berupa sentra pedagang makanan semacam food court kalau di sini.

♦♦♦♦♦

Makin berkembang kehidupan ekonomi manusia, makin besar pula kebutuhan akan jasa penyediaan makanan. Warung pecel madiun atau food court di Singapura adalah bentuk pemenuhan kebutuhan makanan masyarakat yang lebih efisien. Jauh lebih efisien dari pada tidap orang masak sendiri sendiri. Persis konsep outsourcing dalam istilah manajemen perusahaan. Tidak perlu menyediakan tenaga kerja khusus untuk melakukan aktivitas yang bukan pekerjaan utama. Cukup membeli jasa orang lain. Tanaga yang ada bisa difokuskan untuk menyelesaikan pekerjaan utama dengan jauh lebih baik, lebih berkualitas dan lebih efisien.

Restoran atau kedai makanan sudah memiliki akar sejarah yang panjang. Menurut Wikipedia, restoran dalam sejarah berawal dari kalangan muslim pada abad pertengahan. Jauh lebih awal dari pada sejarah restoran di kebudayaan Cina. Bahkan, restoran di Eropa pun muncul dari kalangan muslim. Sake Dean Mahomed (1759–1851) adalah orang yang pertama kali membuat restoran berupa kedai kopi di Inggris.

Kini, restoran telah menjadi simbul globalisasi. Simbul terbukanya sekat sekat perbedaan antar manusia. Bahasa Inggris makin mengglobal dan bahasa lokal banyak yang punah. Musik barat telah mengglobal dan musik musik lokal ditinggalkan. Jas dan hem telah menjadi model baju yang diterima dimana mana dan model model baju berbagai etnis makin ditinggalkan. Demikian juga makanan. Ayam goreng ala KFC atau burger ala McD makin biasa disantap dimana mana seantero dunia menggantikan jenang grendul, kecak, puro, gentilut, umbel-umbel, samplok, jemblem, dan sejenisnya.

Bahkan kebutuhan akan jasa penyediaan makanan ini berkembang lebih beragam. Jasa catering adalah salah satunya. Bisnis yang menyediakan makanan dan mengantarkannya ke tempat si pemesan ini bahkan telah menjadi kebutuhan yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarkat modern. Mulai dari yang kecil kecilan dengan melayani pesanan nasi kotak atau nasi bungkus beberapa porsi sampai yang besar besar gahkan raksaksasa.

Bisnis Catering yang kecil kecilan tentu Anda sudah sangat familiar. Bahkan Anda mungkin juga membutuhkannya saat punya hajat tertentu. Nah, bagaimana dengan yang besar? Salah satu perusahaan catering terbesar di dunia adalah Sodexo. Sebuah perusahaan global yang didirikan sejak tahun 1966 di Marseille, Prancis oleh Pierre Bellon. Pierre mendirikan Sodexo yang ketika itu bernama Sodexho (Société d’Exploitation Hotelière) berbekal pengalaman keluarganya yang telah berpengalaman 60 tahun melayani katering untuk kapal kapal mewah dan kapal pesiar. Jadi sebagai bisnis Sodexo telah dirintis sejak tahun 1906.

Bisnis Catering Omset Rp 190 Trilyun ….. Sodexo Prancis

Pada tahun fiskal 2009, Sodexo mencatat penjualan sebesar 14,7 Milyar Euro alias sekitar Rp 190 Trilyun. Omset ini kira kira setara dengan sepertiga penerimaan pajak pemerintah RI dalam setahun. Dengan omset inilah Sodexo memberi pekerjaan dan nafkah kepada 380 ribu karyawan bersama keluarganya. Karyawan sejumlah ini tersebar di 80 negara melani 50 juta konsumennya.

Sodexo telah membuktikan. Bisnis catering yang banyak kita jumpai sebagai bisnis rumahan bisa menjelma menjadi perusahaan raksasa. Yang harus dicatat adalah sejarah panjangnya. Seabad lebih. Usia panjang yang diisi dengan pembelajaran tentu akan menghasilkan keahlian yang tiada taranya. Dan yang lebih penting, dalam masa lebih dari seabad itu perusahaan terus menerus tumbuh. Tumbuh alami maupun mengakuisisi perusahaan lain. Tumbuh dan belajar terus melayani kebutuhan makanan seiring dengan perkembangan jaman. Tidak cukup dengan membuka kedai yang mengharuskan orang yang butuh makanan untuk datang semacam warung pecel madiun, food court di Singapura atau restoran global sekelas KFC. Sodexo menyediakan makanan dan mengantarkanya ke tempat pelanggan membutuhkan makanan. Event raksasa sekelas Olimpiade adalah pelanggannya. Sodexo bisa. Anda para pebisnis katering juga bisa. Ayo!

Tulisan ini pernah dimuat di majalah Muslim, terbit di Surabaya

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Baca juga:
Garuda, pailit atau korporatisasi?
Krakatau Steel: Tercekik Utang

Raja Utang: Mengapa Bunga Bank Selangit?
Garuda: Utang Melebihi Aset

Glorifikasi IPO Kioson
IPO Bukalapak Prospektif atau Buang Uang
Kepailitan Startup OFO Bike Hiring
Tesla Laba Setelah 16 Tahun Rugi
Corporate Life Cycle dalam Merger GoTo
Valuasi Merger Gojek Tokopedia
Sequoia VC Sejati

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s