McKinsey KW


KW

Oleh Iman Supriyono, konsultan dan penulis buku-buku manajemen pada SNF Consulting

Selasa selepas magrib 2013. Malam itu saya bertandang ke kantor seorang kawan yang sudah hampir 20 tahun terpisah. Pertemuan terakhir adalah saat kami sama-sama masih kuliah di kota pahlawan. Walaupun beda kampus, saya di ITS dan dia di UNAIR, tetapi kami merasa dekat karena sama-sama aktivis kegiatan keislaman di kampus masing-masing.

logo mckinsey1

Pembicaraan mengalir mulai dari memori-memori lama nostalgia sampai hal-hal serius termasuk masalah kenegaraan. Dengagn latar belakang yang sama-sama aktivis kegiatan keislaman di kampus, diskusi tentang berbagai masalah pun nyambug. Gayeng. Bahkan karena bidang keilmuan dan profesi yang ditekuninya juga terkait dengan bidang yang saya tekuni, pembicaraanpun menjadi sangat menggairahkan.

Salah satunya adalah tentang peran konsultan di kantornya. Dan kebetulan sekali ketika itu kantornya sedang punya hajat manajerial besar dengan menyewa konsultan manejemen ternama asal negeri Paman Sam: McKinsey. Itulah nama besar yang membantu kantor tempat bekerja kawan saya untuk sebuah proyek pekerjaan penyusunan sebuah konsep manajerial berdurasi satu semester.

Konsep manajerial apa? Tanpa banyak penjelasasanpun saya tahu persis pekerjaan itu. Sebagai orang yang berkecimpung di bisnis konsultan manaejemen, saya tahu persis apa yang dikerjaan McKinsey di kantor kawan saya ini. Saya juga sering mengerjakan hal yang serupa untuk klien-klien kantor saya, SNF Consulting.

Yang tidak kalah menarik adalah bicara tentang berapa harga yang harus dibayar atas layanan McKinsey? Tidak sedikit. Lebih dari Rp 70 M. Sebuah angka yang bagi kebanyakan kita sangat besar. Apalagi untuk sebuah pekerjaan yang dengan berkelakar sering disebut sebagai “bondo abab”. Hanya berbekal tarikan napas alias kata-kata. Bisa disebut tanpa bahan baku atau bahan mentah apapun kecuali “abab” itu tadi. Hehehe…tentu saja tidak sesederhana ini. Tentu ada ilmu, data, keahlian, pengalaman dan jaminan kualitas yang sesuai dengan harga itu.
••••
Begitu pentingnya merek dalam dunia bisnis modern ini semua sudah faham. Di kolom ini saya pernah menuliskannya. Tetapi tentu tidak semua orang mampu membeli barang dengan merek-merek ternama. Dalam ketidakmampuan, tidak sedikit yang tetap membutuhkan barang bermerek itu. Bagaimana pasar memberi solusi untuk kebutuhan ini? Muncullah barang kelas dibawah barang bermerek dengan harga yang terjangkau. Bahkan untuk barang-barang yang banyak dicari bisa muncul beberapa level kualitas untuk mendampingi barang bermerek ini. Kita mengenalnya dengan barang KW 1, KW 2, KW 3 dan seterusnya.

Nah, ingatan akan barang KW ini menyelinap juga ke ruang diskusi dengan kawan lama malam itu. SNF Consulting, kantor konsultan tempat saya bekerja, oleh kawan saya disebut sebagai McKinsey KW. Hahahaha……saya pun tertawa lepas dan membenarkannya.

Faktanya memang begitu, untuk perusahaan, organisasi atau institusi pemerintah berkantong tebal seperti tempat kerja kawan lama saya ini, ringan saja membayar McKinsey untuk membantu pekerjaan manajerialnya. Toh mereka juga mendapatkan sesuatu yang setara dengan uang yang dibayarkannya. Bahkan nilai tambahnya jauh lebih besar. Tetapi, bagi mereka yang tidak memiliki anggaran puluhan milyar untuk menyewa jasa konsultan manajemen, kantor saya menyediakannya. Bisa memenuhi kebutuhan dengan baik tanpa harus membayar Rp 70 Milyar lebih. Itulah peran “McKinsey KW”.

Bahkan dengan memakai “McKinsey KW”, perusahaan, organisasi atau institusi pemerintahan tempat Anda berkarya telah berperan membangun negeri. Telah berperan mengurangi devisit neraca pembayaran yang sering kali memporak-porandakan nilai rupiah. Memporak porandakan ekonomi negeri ini seperti yang akhir-akhir ini sedang kita rasakan. McKinsey tentu harus dibayar dengan uang Dolar.

Dan.. bukan sekedar alasan neraca pembayaran. Jika terus-menerus digunakan jasanya “McKinsey KW” pun akan menjadi makin besar. Makin berpengalaman. Makin mampu menggantikan peran McKinsey untuk memenuhi kebutuhan jasa konsultan manejemen negeri ini. Bahkan selanjutnya bisa diekspor dan go global. Menjadi konsultan manejemen yang dipercaya perusahaan, organisasi dan instansi pemerintahan di berbagai negara. Jadi…mari bersama membangun negeri dengan mendukung “McKinsey KW”. Bisa!

Tulisan ini dimuat di Majalah Matan, terbit di Surabaya, edisi Oktober 2013

2 responses to “McKinsey KW

  1. terkadang banyak hal logis tapi tidak logis atau sebaliknya,hargapun adalah bagian dari fenomena diatas pak..dalam sebuah tulisan, ciputra pernah menulis bahwa seharusnya UKM berlomba-lomba untuk “memahalkan” harganya karena mereka membutuhkan ,argin yg cukup utk operasional dan menghadapi kondisi ekonomi yg berubah-ubah, hanya perusahaan besar dengan modal dan kemampuan produksi besar yg seharusnya “memurahkan” harganya…karena ujung2nya tetap untung besar….hehehehe…tetap setia menunggu tulisan njenengan pak

  2. terimakasih apresiasi n tambahan idenya. kejayaan masa depan adalah milik kita…aamiiin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s