Alfamart: Pendiri Untung Investor Gigit Jari?


Sering jadi pembicaraan di media sosial. Menjadi anggapan banyak orang. Pendiri perusahaan mengeruk keuntungan berlipat dari lantai bursa. Investor hanya mendapatkan remah-remahnya. Investor gigit jari.   Benarkah seperti ini? Mari kita hitung dengan data yang terkonfirmasi.

Untuk keperluan menjawab pertanyaan ini mari kita lihat Djoko Susanto, DS, pendiri Alfamart. DS sedang naik daun. Mantan petinggi Sampoerna ini masuk 10 besar orang terkaya Indonesia versi Forbes tahun 2022. Nilai kekayaannya adalah USD 4,1 miliar alias IDR 61 triliun dengan kurs hari ini. DS hanya kalah dengan Budi – Michael Hartono di posisi teratas, Low Tuck Kwong, keluarga Widjaja, Sri Prakash Lahia, Anthony Salim beserta keluarga, Chairul Tanjung, Prajogo Pangestu, Boenjamin Setiawan beserta kelaurga, Taher beserta keluarga di posisi nomor 9. Itu data Forbes terbaru.

Benarkah Forbes? Mari kita cari data pembanding. PT Sigmantara Alfindo adalah pemegang 52,7% saham Alfamart. Dengan kapitalisasi pasar hari ini Rp 122,5 triliun, nilai saham PT Sigmantara Alfindo adalah Rp 64,5 triliun. Nah, data Forbes tidak jauh berbeda dengan nilai saham PT Sigmantara Alfindo. Perbedaan ini sangat mungkin terjadi paling tidak karena dua  sebab. Pertama, Forbes mencatat nilai aset dalam USD. Sementara sebenarnya aset dipegang dalam Rupiah. Jadi pasti ada fluktuasi nilai karena fluktuasi kurs USD IDR. Kedua, kekayaan yang dicatat adalah berupa saham perusahaan tercatat di BEI. Tiap saat pada jam transaksi bursa nilainya terus bergerak.

Jadi, dari kesesuaian data tersebut bisa menarik kesimpulan cukup kuat bahwa PT Sigmantara Alfindo adalah sebuah perusahaan yang sahamnya hampir 100% dipegang oleh DS. Ini akan kita jadikan dasar menjawab pertanyaan pada judul tulisan ini. Dengan menganggap bahwa DS memegang hampir 100% saham Alfamart maka secara tidak langsung DS memegang 52,7% saham Alfamrt. Kembali ke pertanyaan awal, siapa yang lebih beruntung, DS atau para investor Alfamart alias PT Sumber Alfaria   Trijaya Tbk?

&&&

Mari kita hitung. DS mendirikan Alfamart tahun 1999. Sesuai dengan laporan keuangan, harga per lembar saham ketika itu adalah Rp 10. Angka ini sudah dikoreksi dengan aksi korporasi stock split yang pernah dilakukan. Kepemilikan saham 52,7% artinya menyetor 21,88 milyar lembar dari 41,52 miliar lembar saham yang telah diterbitkan dan disetor penuh.  Dengan nilai nominal Rp 10 per lembar saham artinya DS, melalui PT Sigmantara Alfindo,  telah menyetor Rp 218,8 miliar saat pendirian perusahaan. Uang itulah yang hari tumbuh nilainya menjadi 64,5 triliun.

Mari kita hitung rata-rata pertumbuhan aset DS. Dengan metode rata-rata pertumbuhan CAGR (compounded average growth rate), maka selama 24 tahun (1999-2023) nilai aset DS tumbuh rata-rata 19,2% per tahun. Narasinya, mulai tahun 1999 investasi sebesar Rp 218,8 miliar, tahun 2000 naik 19,7% menjadi Rp 260miliar. Tahun 2021 naik lagi 19,2% menjadi Rp 310 miliar. Lalu menjadi Rp 369 miliar dan seterusnya hingga tahun 2023 menjadi Rp 64,5 triliun.

Alfamart melakukan IPO tahun 2009. Harga saham ketika itu adalah Rp 40 (setelah dikoreksi aksi korporasi stock split). Katakan Anda menjadi investor IPO saat itu dengan membeli 1 miliar lembar saham alias berinvestasi Rp 40 miliar.  Dengan harga per lembar saham hari ini Rp 2 950 maka nilai aset Anda hari ini menjadi Rp 2,95 triliun. Dengan formula CAGR sebagaimana yang digunakan untuk perhitungan aset DS di atas, rata-rata pertumbuhan aset Anda selama 14 tahun adalah 35,1%. Dengan demikian tahun 2010 investasi Anda tumbuh 35,1% menjadi 54 miliar. Setahun kemudian menjadi Rp 73 miliar dan seterusnya hingga tahun 2023 menjadi Rp 2,95 triliun.

Siapa lebih beruntung? DS menikmati pertumbuhan aset rata-rata 19,2% per tahun. Anda menikmati pertumbuhan aset rata-rata 35,1% per tahun. Tentu saja  Anda sebagai investor lebih beruntung. Aset Anda tumbuh 15,9% di atas pertumbuhan aset DS. Ini membantah anggapan bahwa para founder seperti DS sekedar menghisap uang investor dan memperkaya diri sendiri.

Bagaimana bisa investor lebih beruntung? Ini terjadi karena adanya scale up. Misalnya saja yang  terjadi pada tahun 2010. Aset Alfamart awal tahun saat itu adalah Rp 2,86 triliun. Aset akhir tahun Rp 4,26 triliun. Dengan demikian terjadi kenaikan aset sebesar Rp 1,4 triliun alias naik 49%. Dengan laba tahun itu sebesar Rp 257 triliun, maka Alfamart tumbuh membesarkan Revenue and Profit Driver (RPD) yang berupa gerai dengan menggelontorkan uang 5,4 X laba.  Angka ini sudah di atas batasan scale up menurut Corporate Life Cycle (CLC). Sebuah perusahaan disebut melakukan scale up jika mengelontorkan dana untuk menumbuhkan RPD lebih dari 5x laba. Inilah yang mengakibatkan pertumbuhan nilai Alfamart sangat tinggi setelah IPO.

Sepuluh tahun pertama sejak perusahaan berdiri adalah proses pembelajaran. Dalam CLC perusahaan sedang berproses menemukan RPD. Proses seperti ini tidak mudah. Perusahaan akan cenderung tumbuh lambat. Cenderung linier. Tapi setelah scale up, pertumbuhan akan mengalami percepatan. Membentuk kurva eksponensial. Itulah yang dinikmati oleh investor seperti Anda dalam narasi di atas. Jadi, anggapan bahwa para pendiri menghisap duit investor di lantai bursa adalah tidak benar. Syaratnya, perusahaan melakukan scale up sesuai dengan CLC. Anda mendapatkan pelajarannya?

Karya ke-399 Iman Supriyono ini ditulis di SNF House of Management, Surabaya, pada tanggal 3 Februari 2023

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI atau hadiri KELAS KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Baca juga:

Modal Alfamart Mengejar Indomaret
Senior Yunior Alfamart Sakinah
Alfamart Versus Sari Roti
RPD Sebagai Peredam Risiko Investasi Wakaf
RPD Sebagai Pedal Gas
Giant Tutup: Sulitnya Menemukan Kembali RPD
Deep Dive Sang CEO Mengamankan RPD
RPD Sebagai Salah Satu Tahap Corporate Life Cycle
Faktor kali alias RPD
Garuda, pailit atau korporatisasi?
Krakatau Steel: Tercekik Utang

Raja Utang: Mengapa Bunga Bank Selangit?
Garuda: Utang Melebihi Aset

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s