Bluebird: Terdisrupsi Atau Peluang?


Di era serba online, Bluebird terdisrupsi atau tidak? Mari kita runut perkembangan pendapatan perusahaan taksi terbesar tanah air ini. Tahun 2012 pendapatannya Rp 3,10 triliun. Tahun 2013 naik tipis menjadi Rp 3,92 triliun. Tahun 2014 naik drastis menjadi Rp 4,76 triliun. Kenaikan drastis seirama dengan kenaikan aset sebagai hasil penerbitan saham baru melalui IPO sebesar sekitar Rp 2,7 triliun. Artinya, Bluebird benar-benar mampu mendayagunakan aset hasil IPO untuk peningkatan pendapatan.

Kenaikan sepanjang periode 2012 sampai 2014 ini juga tercermin dari jumlah armada yang dioperasikan. Tahun 2012 mengoperasikan 17 916 taksi reguler. Tahun 2013 naik menjadi 21 756 taksi reguler. Tahun 2014 naik lagi mejadi 25 545 taksi reguler.

Tahun 2015 omset kembali naik drastis mejadi Rp 5,47 triliun. Sepertinya ini masih kelanjutan dari pemanfaatan dana hasil IPO. Tetapi sayang pertumbuhan pendapatan ini tidak terjadi tahun berikutnya. Tahun 2016 omzet turun menjadi Rp 4,80 triliun. Padahal aset masih meningkat dibanding tahun sebelumnya Rp 7,15 triliun menjadi Rp 7,30 triliun.

Kenaikan pendapatan drastis tahun 2015 juga sebanding dengan jumlah armada. Tahun 2015 mengoperasikan 26 719 armada taksi reguler. Tahun 2016 menurun menjadi 24 873 armada.  Tahun 2017 menjadi.

Tahun 2017 sampi tahun 2021 pendapatannya berturut turut Rp 4,20 triliun, Rp 4,22 triliun, dan Rp 4,05 triliun, Rp 4,05 triliun dan Rp 2,22 triliun. Cenderung turun. Penurunan ini juga seirama dengan penurunan jumlah armada. Tahun 2017 perusahaan mengoperasikan 22 411 armada raksi reguler. Tahun 2018 mengoperasikan 22 100. Tiga tahun berikutnya berturut turut 20 633, 16 963 dan 13 487 unit.

Bagaimana asetnya? Tahun 2017 asetnya Rp 6,52 triliun. Tahun 2018 Rp 696 triliun. Tiga tahun berikutnya berturut-turut adalah Rp 7,42 triliun, Rp 7,25 triliun dan Rp 6,60 triliun.

&&&

Gojek berdiri tahun 2009. Layanan pertamanya adalah dengan menggunakan 20 pengemudi. Sistem pemesanan layanan ojeknya adalah dengan menggunakan call center.  Sistem pemesanan berbasis Android baru diluncurkan tahun 2015. Tahun 2016 aplikasinya sudah diunduh sekitar 10 juta kali.

Tahun 2018 pendapatan Gojek adalah Rp 1,43 triliun. Tahun 2019 naik menjadi Rp 2,30 triliun. Tahun 2020 menjadi Rp 3,32 triliun. Tahun 2021 perusahaan melakukan aksi merger dengan Tokopedia dan pendapatan naik menjadi Rp 4,54 triliun.

&&&

Membaca angka Bluebird akan menarik jika disandingkan dengan Goto. Lihat kembali angkanya di atas. Bluebird secara umum mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir ini.  Tren penurunan terjadi mulai tahun 2016. Penurunan pendapatan seirama dengan penurunan jumlah armada. Penurunan Bluebird berawal persis pada tahun yang sama ketika Gojek mulai meluncurkan aplikasi android untuk pemesanan ojek dan taksi.

Fakta itu bisa dibaca bahwa memang Bluebird terdisrupsi oleh keberadaan taksi dan ojek online. Khusus untuk tahun 2021 penurunan juga dipicu oleh pandemi yang memang mengganggu kondisi ekonomi. Tapi ternyata tahun 2021 Goto mengalami kenaikan. Ini bisa dibaca bahwa memang unsur disrupsi sangat kuat menjadi pemicu penurunan kinerja finansial Bluebird.

Disrupsi adalah hal biasa di dunia bisnis. Perusahaan dituntut untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi yang berubah. Gagal menyesuaikan diri bisa berakibat kematian. Pertanyaannya, mampukah Bluebird menyesuaikan diri?  Semester pertama tahun 2022 ini Bluebird membukukan pendapatan Rp 1,55 triliun. Naik 48% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Ini adalah sebuah tanda pemulihan yang sangat bagus.

Sebenarnya, Bluebird bisa mengambil positioning yang tidak terganggu oleh keberadaan Goto. Bluebird bisa memosisikan diri sebagai perusahaan penyedia armada bagi para pengemudi taksi. Dengan positioning ini, Goto justru menjadi pendukung Bluebird sebagai penyedia sistem pemesanan taksi. Di mata para pengemudi, Bluebird akan jauh lebih memudahkan bekerja dari pada membeli armada sendiri. Bluebird yang membeli dan mengoperasikan belasan ribu kendaraan tentu lebih efisien dalam banyak hal. Termasuk diskon yang besar saat membeli armada dari pabrikan mobil. Efisiensi ini bisa kemudian dinikmati oleh para pengemudi yang membuat mereka memilih menjadi pengemudi Bluebird dari pada membeli armada sendiri. Inilah peluangnya. Bisakah Bluebird menangkap? Kita tunggu perkembangannya.

Artikel ke-380 karya Iman Supriyono ini ditulis untuk dan dimuat oleh Majalah Matan, terbit di Surabaya, edisi September 2022

Diskusi lebih lanjut? Silakan bergabung Grup Telegram  atau Grup WA KORPORATISASI
Anda memahami korporasi? Klik untuk uji kelayakan Anda sebagai insan korporasi

Baca juga:
Rugi PLN dan Pertamina Rumor atau Fakta?
Garuda, pailit atau korporatisasi?
Krakatau Steel: Tercekik Utang

Raja Utang: Mengapa Bunga Bank Selangit?
Garuda: Utang Melebihi Aset
Glorifikasi IPO Kioson
IPO Bukalapak Prospektif atau Buang Uang
Kepailitan Startup OFO Bike Hiring
Tesla Laba Setelah 16 Tahun Rugi
Corporate Life Cycle dalam Merger GoTo
Valuasi Merger Gojek Tokopedia
Sequoia VC Sejati
Peredam Risiko Investasi Wakaf
Wakaf Modern Untuk Keabadian Amal dan Kemerdekaan Ekonomi
Konversi Kotak Infaq ke Kotak Wakaf
Kesalahan Wakaf Saham Dan Perbaikannya
Wakaf Untuk Beasiswa: Fulbright Dari Timur
Wakaf Moncer dengan Puasa Infaq
Wakaf Para Alumni untuk Adik Kelasnya
Wakaf Agar Rp 10 Triliun Tidak Melayang Tiap Tahun
Wakaf Uang
Enam Pilar Kemerdekaan Ekonomi Umat dan Bangsa
Korporatisasi: Asal Muasal

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s